Tuban — Program Bedah Rumah di Desa Ngepon Hadirkan Air Mata Haru, Warga Merasakan Sentuhan Kemanusiaan Pemerintah Desa
Di Desa Ngepon, Kecamatan Jatirogo, angin harapan berembus lebih hangat dari biasanya. Dari rumah-rumah yang sebelumnya rapuh dan nyaris roboh, kini mulai terlihat dinding-dinding baru yang kokoh, atap yang tak lagi bocor, dan senyum-senyum tulus dari warga yang akhirnya merasakan kenyamanan setelah sekian lama hidup dalam keterbatasan.
Melalui Program Bedah Rumah/RLTH (Rumah Layak Huni), Pemerintah Desa Ngepon dengan penuh kepedulian mengubah kondisi hidup sejumlah keluarga yang selama ini tinggal di rumah yang sangat memprihatinkan. Program ini bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan hati, karena menyentuh langsung kebutuhan paling mendasar dari warga: tempat tinggal yang layak, aman, dan manusiawi.
Di salah satu sudut desa, tampak seorang ibu paruh baya berdiri di depan rumahnya yang sedang dibangun ulang. Matanya berkaca-kaca.
“Saya tidak pernah menyangka rumah ini bisa dibangun kembali. Bertahun-tahun saya hanya mencoba bertahan dari hujan dan panas. Hari ini, Allah mengabulkan doa saya melalui pemerintah desa,” tuturnya lirih.
Pemandangan serupa tampak di beberapa titik lain. Warga, perangkat desa, dan para gotong-royong desa bahu-membahu menyiapkan bahan, mengangkut pasir, dan membantu pembangunan. Suasana penuh kebersamaan itu mengingatkan kembali pada nilai luhur desa: ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.
Kepala Desa Ngepon, Mochamad Ali Mansyur, menyampaikan bahwa program RLTH ini merupakan komitmen pemerintah desa untuk memastikan tidak ada warga yang hidup dalam ketidaklayakan.
“Rumah adalah pondasi kehidupan. Jika tempat tinggal layak, maka kehidupan keluarga juga akan lebih baik. Kami ingin warga Ngepon hidup dengan nyaman dan bermartabat,” ujarnya.
Selain bantuan material, pemerintah desa juga melakukan pendataan langsung ke rumah-rumah warga, memastikan penerima manfaat benar-benar mereka yang membutuhkan. Proses ini dilakukan dengan transparan, melibatkan tokoh masyarakat serta RT/RW agar tidak ada yang terlewat.
Bagi warga penerima bantuan, program bedah rumah ini adalah lebih dari sekadar perbaikan bangunan. Ini adalah simbol perhatian, simbol kehadiran negara lewat pemerintah desa, dan simbol bahwa mereka tidak dibiarkan berjalan sendiri di tengah kesusahan.
Anak-anak tampak berlari-lari kecil di sekitar pembangunan rumah mereka. Mereka sudah membayangkan tidur tanpa takut atap jatuh, belajar tanpa kebocoran, dan makan bersama keluarga tanpa merasakan tiupan angin malam yang menusuk tulang.
Ketika rumah-rumah itu kelak selesai dibangun, Desa Ngepon tidak hanya menjadi lebih rapi secara tampilan, tetapi juga lebih kuat secara sosial. Kebaikan yang ditanam hari ini akan tumbuh menjadi kenangan yang dikenang warga sepanjang hayat.
Karena di Desa Ngepon, program bedah rumah bukan sekadar proyek—melainkan bukti nyata bahwa kepedulian masih hidup, gotong royong masih ada, dan kemanusiaan selalu menang.






