Pati – Di tengah gempuran pembangunan dan janji kesejahteraan, masih banyak potret kemiskinan yang luput dari perhatian. Salah satunya adalah kisah pilu Mbah Sagimah (70), seorang lansia asal Dukuh Karangmalang, Desa Karangsumber, RT 01/RW 02, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Selama lebih dari satu dekade, ia hidup sebatang kara dan tinggal di kandang kambing milik seorang tetangganya.
Kondisi tempat tinggal Mbah Sagimah sungguh memprihatinkan. Rumah yang ia tempati bukanlah bangunan layak huni, melainkan gubuk reot dari bambu berlantai tanah, yang awalnya merupakan kandang kambing milik tetangganya, Suyono. Di dalam kandang itu, Mbah Sagimah hidup berdampingan dengan beberapa kambing yang setiap hari menjadi “teman tinggalnya”.
Kisah Mbah Sagimah bermula ketika ia kembali dari perantauan di Sumatra sekitar sepuluh tahun lalu. Alih-alih tinggal bersama anak perempuannya di desa sebelah, ia justru memilih untuk hidup sendiri agar tidak menjadi beban. Ia sadar betul kondisi ekonomi anaknya juga serba kekurangan, dan memilih untuk tidak merepotkan keluarga.
Sebelum kondisi fisiknya memburuk, Mbah Sagimah sempat menggantungkan hidup sebagai tukang pijat keliling di sekitar desa. Namun, usia yang semakin menua dan tubuh yang mulai rentan terhadap penyakit membuatnya tak lagi mampu bekerja. Sudah dua bulan terakhir ia jatuh sakit dan tidak dapat mencari nafkah sama sekali.
“Dulu saya masih kuat mijet-mijet warga. Sekarang sudah tidak bisa. Sakit terus, nggak bisa apa-apa,” ujar Mbah Sagimah lirih saat ditemui di gubuknya, Kamis (15/5).
Kesehariannya kini hanya diisi dengan duduk termenung di gubuk reyot sambil menunggu uluran tangan dari tetangga dan saudara. Meski ada beberapa warga yang peduli dan sesekali memberikan bantuan makanan, namun itu belum cukup. Terlebih, hingga saat ini ia belum tersentuh bantuan kesehatan gratis dari pemerintah setempat, padahal kesehatannya makin memburuk.
Suyono, pemilik kandang yang kini ditinggali Mbah Sagimah, mengaku tak bisa berbuat banyak. Ia hanya memberikan tempat tinggal seadanya karena dirinya sendiri juga hidup dalam keterbatasan ekonomi.
“Saya kasihan sama Mbah Sagimah. Tapi saya juga orang nggak mampu. Cuma bisa kasih tumpangan di kandang ini,” ungkap Suyono.
Bantuan dari pemerintah desa berupa beras pun hanya mampu menutupi kebutuhan beberapa hari. Selebihnya, Mbah Sagimah harus bertahan hidup dengan harapan dan belas kasih sesama.
Potret kehidupan Mbah Sagimah menjadi cerminan nyata bahwa masih banyak warga Kabupaten Pati yang hidup di bawah garis kemiskinan dan membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. Bukan hanya bantuan sosial, namun juga perhatian terhadap layanan dasar seperti kesehatan, tempat tinggal layak, dan penghidupan yang bermartabat.
Masyarakat sekitar dan para dermawan diharapkan dapat bersama-sama memberikan bantuan konkret untuk meringankan beban hidup Mbah Sagimah. Lebih dari itu, pemerintah daerah diharapkan segera turun tangan untuk memberikan solusi jangka panjang dan memastikan bahwa tak ada lagi lansia di Pati yang harus menghabiskan masa tuanya di kandang kambing.
(ED/Tim/)**