Aceh – Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (KNPRBBK) ke-16 akan digelar pada 30 September hingga 5 Oktober 2024, bertempat di Hotel Rumoh PMI, Banda Aceh. Acara ini akan dilaksanakan secara hybrid, memadukan metode daring dan luring.
KNPRBBK XVI 2024 akan menjadi momen refleksi terkait pengelolaan risiko bencana, khususnya di wilayah pesisir yang rawan terhadap bencana seperti tsunami dan abrasi. Konferensi ini juga memperingati 20 tahun Tsunami Aceh dengan tema ‘Membangun Ketangguhan Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Indonesia – Peringatan 20th Tsunami Aceh’.
Ketua SC KNPRBBK XVI, Petrasa Wacana, menekankan bahwa konferensi ini akan menjadi panduan dalam merumuskan peta jalan PRBBK 2024-2045, yang bertujuan untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat menghadapi bencana dan krisis iklim. Lima sasaran utama konferensi ini adalah:
1. Memperkuat peran komunitas dalam gerakan PRBBK, terutama di wilayah pesisir.
2. Merumuskan kebijakan dan strategi untuk mencapai target di wilayah rawan bencana.
3. Memberikan dukungan teknis untuk pencapaian peta jalan PRBBK 2024-2045.
4. Mendorong Forum PRB daerah untuk mengadvokasi program berbasis masyarakat.
5. Membangun ketangguhan masyarakat pesisir dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Lebih dari 100 lembaga yang fokus pada isu kebencanaan dan sekitar 1.500 peserta diharapkan terlibat dalam KNPRBBK XVI 2024.
Petrasa Wacana menjelaskan pelaksanaan konferensi akan berlangsung dalam tiga tahap:
Tahap Pertama (Pra-Konferensi): Kegiatan di berbagai wilayah di Indonesia untuk mendokumentasikan praktik ketangguhan masyarakat.
Tahap Kedua (Konferensi): Sintesis hasil kegiatan dari berbagai wilayah akan dibahas dalam sidang pleno, menghasilkan rekomendasi kebijakan.
Tahap Ketiga (Diseminasi): Proses komunikasi dan advokasi untuk perubahan kebijakan.
Petrasa Wacana menambahkan bahwa tujuan strategis KNPRBBK XVI 2024 mencakup membangun kolaborasi, pendokumentasian praktik ketangguhan, serta pemantauan capaian PRBBK di Indonesia.
“Melalui KNPRBBK XVI, kami berharap dapat menghasilkan strategi dan produk kolaboratif yang bermanfaat bagi pengelolaan kawasan pesisir di Indonesia,” tutup Petrasa Wacana.