banner 728x250

Larangan Parkir di Padepokan Dimas Kanjeng Tuai Protes Warga

Larangan Parkir di Padepokan Dimas Kanjeng Tuai Protes Warga
banner 120x600
banner 468x60

Probolinggo – Suasana panas mewarnai gelaran lomba voli Rod Cup 2025 di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo. Warga setempat, termasuk Kepala Desa Wangkal, Ahmad Taufiq, mengaku geram atas larangan membuka lahan parkir di sekitar padepokan, yang selama ini menjadi sumber pendapatan tambahan bagi mereka.

Larangan tersebut membuat warga yang selama ini memanfaatkan momen acara besar untuk mencari rezeki, merasa dirugikan. Salah satunya adalah HR, atau yang akrab disapa Pak To, warga Dusun Sumber Cangkelek RT 022 RW 008 Desa Wangkal.

banner 325x300

Pak To mengaku selama bertahun-tahun setiap ada acara besar di padepokan, ia turut membantu kelancaran kegiatan, bahkan memberikan listrik gratis kepada pedagang yang berjualan di halaman rumahnya. Namun, untuk lomba kali ini, ia justru dilarang membuka parkiran oleh oknum panitia.

“Kami hanya menumpang rezeki, penghasilan dari parkir ini tidak seberapa, bukan jutaan. Selama ini tidak pernah ada masalah, apalagi ini tanah dan rumah kami sendiri. Salah kami di mana?,” ujar Pak To kepada media, Jumat (15/8/2025).

Ia juga menduga larangan itu bukan berasal dari kebijakan pemilik padepokan, melainkan ulah oknum panitia yang ingin mengambil keuntungan pribadi. Menurutnya, Dimas Kanjeng maupun Nyai Ratu tidak akan mempermasalahkan hal tersebut.

“Yang aneh, kalau kami tetap buka parkir, kami diminta setoran. Padahal hasilnya hanya cukup untuk beli gula dan kopi. Ini alasan yang sangat tidak masuk akal,” tambahnya.

Kepala Desa Wangkal, Ahmad Taufiq, ikut angkat bicara. Ia menilai larangan tersebut bertolak belakang dengan semangat pemberdayaan ekonomi warga sekitar. Menurutnya, setiap ada kegiatan besar, seharusnya masyarakat kecil bisa turut menikmati peluang ekonomi yang hadir.

“Saya sudah memberi izin kegiatan itu dengan harapan warga saya yang notabene menengah ke bawah bisa mendapatkan manfaat ekonomi. Tapi justru dilarang buka parkir, bahkan di tanah mereka sendiri. Ini sangat disayangkan dan saya jengkel,” tegas Taufiq.

Ia menambahkan, jarak lokasi parkir yang dibuka warga hanya sekitar 10 meter dari padepokan, sehingga tidak mengganggu jalannya lomba. Taufiq berkomitmen akan terus membela hak warganya agar tidak diperlakukan semena-mena.

Fenomena ini memunculkan tanda tanya besar di tengah masyarakat Desa Wangkal. Acara yang seharusnya menjadi ajang silaturahmi dan kebangkitan ekonomi warga, justru menimbulkan gesekan akibat kebijakan yang dinilai merugikan pihak lokal. Warga berharap ada penyelesaian yang adil, agar semangat kebersamaan tidak terganggu oleh kepentingan segelintir pihak. (Bng)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *