BALI ─ Dalam literasi Islam, membahas tentang kepemimpinan selalu saja akan menimbulkan banyak gesekan, pada masa awal setelah nabi wafat misalnya, sahabat sedikit berdebat tentang keluarga Bani siapa yang pantas memimpin umat Islam. Sebenarnya, bagaimana sih pemimpin dalam Islam itu?
“Sosok Ibnu Khaldun semasa hidupnya beliau banyak diabdikan dalam dunia pemerintahan dan politik. Beliau tercatat pernah menjadi hakim, menteri, dan sekretaris negara. Dari tahun 751 H sampai dengan 776 H, beliau sering berpindah-pindah dari negara satu ke negara lain, mulai dari negeri-negeri yang ada di Maghribi Pinggiran, Tengah, Barat bahkan sampai ke Andalusia. Luasnya pengalaman dan keilmuan dalam dunia pemerintahan dan politik, melahirkan berbagai macam pemikiran tentang pemerintahan, salah satunya juga tentang kepemimpinan,” ujar Ade Indra Chaniago, Rabu petang, 11 Oktober 2023 saat dibincangi di Cafe Casa Bunga Renon, Denpasar Bali.
Lebih dalam Ade menguraikan tentang bagaimana kondisi pemerintahan yang baik, sifat-sifat kepemimpinan terhadap kekuasaan politik dan lainnya. “Adanya suatu kepemimpinan baik individual maupun kolektif, merupakan bagian dari kehidupan sosial. Kepemimpinan sendiri menurut Islam merupakan suatu amanah, yang bukan hanya dipertanggungjawabkan di dunia saja, tetapi juga di akhirat.”
“Dalam kepemimpinan memang tidak bisa dilepaskan dari praktek-praktek kotor, seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, karena hal ini merupakan konsekuensi dari kekuasaan,” ujar Ade.
Lebih dalam Ade menguraikan Islam memberikan dasar-dasar normatif dan filosofis tentang kepemimpinan yang bersifat komprehensif dan universal. Oleh karena itu, dalam Islam ada prinsip-prinsip kepemimpinan di antaranya adalah qudwah, musyawarah, adil, kelembutan hati, kebebebasan berfikir, sinergi dalam membangun kebersamaan.
“Seorang pemimpin harus menjadi qudwah (keteladanan). Sebuah kepemimpinan akan efektif apabila dilakukan dengan sebuah keteladanan, bukan hanya berbentuk nasihat atau ucapan saja, akan tetapi juga keteladanan yang berbentuk tingkah laku yang baik. Pemimpin juga harus bermusyawarah, dalam artian seorang pemimpin dalam mengambil keputusan atau kebijaksanaan harus melibatkan masyarakat, bukan atas kehendak persepsinya sendiri apalagi berdasar persepsi kelompok pendukungnya,” tuturnya.
Masih kata Mahasiswa Program Doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia, Dosen Ilmu Politik Stisipol Candradimuka dan Dosen Tutor Ilmu Politik Universitas Terbuka Palembang ini, Seorang pemimpin juga harus adil atau tidak memilih salah satu pihak manapun. Untuk mewujudkan sifat adil tersebut, pemimpin harus berpegang pada kebenaran yang berdasarkan pada timbangan agama. Sehingga dengan hal tersebut, hukum akan menjadi kuat dalam menentukan keadilan. Baik itu ketika berhadapan dengan orang lemah maupun orang yang kuat. Menjadi pemimpin harus mempunyai sifat lemah lembut, kasih sayang dan saling mendoakan, sebab salah satu kunci sukses dakwah dan kepemimpinan Rasulullah SAW adalah sifat lemah lembutnya, selalu mendoakan, serta menebar optimisme di tengah masyarakat.
“Pemimpin adalah sosok yang menjamin dan memberikan kebebasan berfikir, berkreatifitas dan berijtihad. Adanya kebebasan berfikir yang tidak bertentangan dengan norma-norma atau undang-undang yang sudah ada., berkreatifitas dan berijtihad akan membawa pada kemajuan bangsa, jika hal tersebut diakomodir oleh sang pemimpin. Namun, jika seorang pemimpin tidak menjamin adanya kebebasan berfikir, berkreatifitas, dan lain sebagainya justru akan membawa kepada kemunduruan peradaban,” ucap Ade menegaskan tentang sosok pemimpin.
Dalam diri seorang pemimpin, sambungnya, harus mempunyai sinergi membangun kebersamaan dan mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada. Oleh karena itu, dalam kepemimpinan ketika membangun sumber daya alam dan sumber daya manusia harus merata, tidak terfokus kepada wilayah-wilayah yang hanya dianggap menguntungkan saja. Tetapi lebih pada aspek pemerataan untuk kesejahteraan bersama. Enam prinsip dasar yang harus ada pada sosok calon pemimpin di atas, sesuai dengan kriteria yang yang melekat pada Ibnu Khaldun selama dirinya mengemban jabatan dalam dunia politik dan pemerintahan.
Seorang pemimpin wajib berilmu. Mempunyai ilmu untuk melaksanakan pemerintahan. Entah ilmu itu didapat dari pengalaman yang pernah dilakukan, maupun lainnya. Kemudian, seorang pemimpin wajib berlaku adil sebagaimana dijelaskan di atas. Selanjutnya memiliki kemampuan dengan melihat rekam jejak yang telah dilakukannya selain sehat jasmani dan rohani.
“Dan tak kalah pentingnya seorang pemimpin juga harus mempunyai sifat spiritual (akhlak atau moral) dan mental kepemimpinan. Karena keberhasilan seorang pemimpin dan apa yang dipimpin sangat ditentukan pada kepribadian, atau karakter yang dimiliki oleh pemimpin tersebut,” urai Ade.
“Mencari pemimpin yang sempurna di era modern saat ini memang sulit, bahkan mungkin tidak akan kita temui. Oleh karena itulah, mari kita memilih pemimpin yang mempunyai karakter yang sesuai dengan ajaran agama, dan membawa dampak kepada maslahat bersama, bukan maslahat kepada kelompok tertentu saja. Karena hakikat kepemimpinan adalah berkhidmat dan menjadi pelayan rakyat,” tutup Ade. [Attar]