Probolinggo – Di sudut sunyi Dusun Krajan, Desa Sambirampak Lor, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo, tinggal seorang perempuan lanjut usia bernama Murtipa, 63 tahun, yang hidup dalam kondisi memprihatinkan. Ia sebatang kara tanpa keluarga yang peduli, serta mengalami kesulitan ekonomi yang sangat berat sejak empat tahun terakhir.
Pada Senin (5/5/2025), tim media menyambangi kediaman Murtipa di RT 09 RW 05. Di rumah sederhana yang nyaris tak layak huni itu, tampak ia hanya bisa berbaring lemah di atas ranjang, menahan sakit dan kesepian. Kaki kanannya telah diamputasi akibat komplikasi penyakit gula yang dideritanya. Murtipa sudah tak lagi mampu bekerja dan kini sepenuhnya bergantung pada bantuan tetangga yang peduli.
“Saya hidup sendiri, malam tidur sendiri, sudah biasa seperti ini,” ucap Murtipa terbata-bata sambil menahan air mata. Ia menuturkan bahwa kedua orang tuanya telah lama meninggal dunia. Sebagai anak tunggal, kini ia tak memiliki siapa pun yang merawat atau menemaninya.
Dulu, Murtipa sempat mengadu nasib sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Arab Saudi selama 12 tahun. Namun, selepas itu, kondisi kesehatannya menurun drastis. Sejak empat tahun terakhir, penyakit diabetes merenggut kesehatannya hingga mengharuskan kaki kanannya diamputasi. Kini ia hanya bisa berharap dan bertahan hidup dengan menjual barang-barang yang ada di rumahnya, seperti piring dan gelas, demi bisa makan sehari-hari.
Ironisnya, meski memiliki keponakan yang tinggal tak jauh dari rumahnya, mereka tidak pernah datang menjenguk ataupun sekadar memberi bantuan. Harapannya hanya datang dari warga sekitar yang merasa iba.
“Semoga ada perhatian dari pemerintah, khususnya Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo. Untuk pengobatannya dia masih mandiri, belum ada bantuan. Kami berharap ada bantuan perawatan hingga beliau bisa sembuh dan hidup layak,” ungkap Jamaluddin, salah satu warga yang selama ini ikut membantu.
Sementara itu, Camat Kotaanyar ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp menyatakan, “Insyaallah besok siang saya akan melihat langsung kondisinya. Sekarang saya masih ada kegiatan di Pemda,” jelasnya.
Kisah pilu Murtipa menjadi cermin nyata dari potret kemiskinan yang masih terjadi di tengah masyarakat. Butuh lebih dari sekadar simpati, tetapi juga aksi nyata dari pihak berwenang dan para dermawan untuk memberi harapan hidup bagi lansia yang terpinggirkan seperti dirinya.
(Bng/*)