**Sukapura, Probolinggo** – Gunung Bromo, destinasi wisata unggulan di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, kembali menjadi sorotan publik. Bukan karena keindahannya, tetapi karena keluhan wisatawan terkait sistem pemeriksaan karcis masuk yang dinilai lamban dan tidak efisien. Insiden ini bahkan memunculkan dugaan adanya celah manipulasi atau kecurangan dalam sistem karcis yang kian menjadi perbincangan hangat. Situasi ini terjadi pada Rabu (30/10/24), di mana wisatawan terpaksa antre panjang saat hendak memasuki kawasan tersebut.
Di pos pemeriksaan Seruni Point—pintu awal menuju Gunung Bromo—terlihat antrean wisatawan yang mengular. Proses pemeriksaan barcode karcis yang tidak konsisten membuat arus masuk tersendat. Kondisi ini, yang berulang kali terjadi, membuat wisatawan merasa jenuh, bahkan frustrasi. Para pelancong yang datang dengan semangat ingin menikmati keindahan Bromo justru harus bersabar menghadapi kemacetan yang seharusnya bisa dihindari. Pertanyaan pun muncul, benarkah penukaran barcode untuk tiket sudah sesuai dengan prosedur operasi standar (SOP)?
Para wisatawan mengeluhkan ketidakhadiran petugas di pos pemeriksaan ini. Banyak yang hanya berdiri mengulurkan karcis, tanpa adanya verifikasi yang memadai. Situasi ini menambah kesan bahwa sistem pengawasan dan pelayanan kurang diperhatikan, hingga berdampak pada pengalaman berwisata yang seharusnya nyaman. Beberapa pengunjung menyatakan, “Kami sudah membayar tiket yang cukup mahal, namun pelayanan yang kami terima sangat tidak sebanding.”
Berdasarkan pengamatan di lapangan, beberapa pihak mulai mencurigai adanya peluang untuk manipulasi karcis di balik ketidakteraturan ini. Ketiadaan petugas yang berjaga secara konsisten dinilai memberikan celah bagi oknum untuk melakukan tindakan curang. Jika kecurigaan ini benar, artinya ada pelanggaran serius dalam sistem karcis yang harus segera dibenahi oleh pengelola.
Media ini mencoba memintai keterangan mengenai permasalahan ini, namun tanggapan dari pihak pengelola dianggap kurang memuaskan. Mereka terkesan mengabaikan keluhan ini, seolah-olah tidak menganggapnya sebagai masalah serius. “Kami berharap pengelola dapat mendengarkan keluhan kami dan segera mengambil tindakan. Kami datang ke sini untuk menikmati liburan, bukan untuk terjebak dalam antrean yang panjang,” ungkap salah satu wisatawan yang enggan disebutkan namanya.
Para pengunjung kini mendesak pengelola Gunung Bromo untuk segera memperbaiki sistem pemeriksaan tiket. Diperlukan transparansi dan pengawasan yang ketat agar kenyamanan dan keamanan wisatawan tetap terjaga. Selain itu, keberadaan petugas di setiap pos pemeriksaan juga perlu dijaga agar proses verifikasi karcis berjalan lancar tanpa menimbulkan antrean panjang.
Sistem barcode yang diperkenalkan sebetulnya bertujuan meningkatkan efisiensi pelayanan, tetapi tanpa pengawasan yang konsisten, malah menjadi kendala baru bagi wisatawan. Kejadian ini memberikan pelajaran penting bahwa pengelolaan objek wisata nasional perlu ditingkatkan agar pengalaman wisatawan tetap menjadi prioritas utama.
Gunung Bromo merupakan simbol pariwisata Indonesia yang terkenal. Namun, tanpa perbaikan dalam layanan dan tata kelola, reputasi tersebut bisa tercoreng. Antrean dan kemacetan yang timbul akibat ketidakpastian dalam pemeriksaan karcis harus menjadi alarm bagi pengelola untuk segera melakukan perbaikan. Wisatawan yang sudah meluangkan waktu dan biaya demi mengunjungi Gunung Bromo seharusnya dapat menikmati liburan tanpa hambatan.
Keluhan dari para wisatawan ini seharusnya menjadi dorongan bagi pengelola untuk menghadirkan layanan yang lebih baik. Di balik setiap suara keluhan, tersimpan harapan untuk perubahan. Semoga ke depannya, Gunung Bromo tak hanya memikat lewat keindahannya, tetapi juga dengan pelayanan yang memuaskan bagi setiap wisatawan.
(Pewarta: SAHAR/Red/Tim/**)